IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOGNITIF BERDASARKAN TOERI KONSTRUKTIVISME DALAM MATA PEMBELAJARAN KESEKRETARISAN (MENGELOLA RAPAT) A. Kajian Teori 1. Teori Kontruktivisme Kontruktivisme ialah salah satu fatwa filsafat wawasan yang menekankan bahwa wawasan ialah hasil kontruksi (bentukan). Pengetahuan selalu ialah akhir dari sebuah kontruksi kognitif dari realita yang terjadi lewat aktivitas seseorang. 2. Peranan dalam Teori Kontruktivisme a. Peranan Siswa Menurut pandangan kontruktivistik mencar ilmu ialah suatu proses pembentukan pngetahuan. Dimana, pembentukan ini mesti dilaksanakan oleh individu yang belajar. Ia mesti aktif melaksanakan acara, aktif berpikir, menyusun rancangan, dan memberi makna perihal hal-hal yang dipelajari. Guru memang mampu dan harus mengambil prakarsa untuk menata lingkungan yang memberi kesempatan maksimal bagi terjadinya mencar ilmu. Namun yang hasilnya paling memilih terwujudnya tanda-tanda mencar ilmu yaitu niat berguru siswa itu sendiri. Dengan ungkapan lain mampu dibilang bahwa pada hakikatnya kontrol mencar ilmu sepenuhnya ada pada siswa. Paradigma konstruktivistik memandang siswa selaku langsung yang memiliki kemampuan permulaan sebelum mempelajari sesuatu pengetahuan yang gres. Bagi kontruktivistik, aktivitas berguru adalah aktivitas aktif siswa untuk menemukan sesuatu dan membangun sendiri pengetahuannya, bukan ialah proses mekanik untuk menghimpun fakta. Siswalah yang bertanggungjawab atas hasil belajarnya. Siswa yang membuat akal budi atas apa yang dipelajari dengan cara mencari makna, membandingkannya dengan apa yang telah diketahui serta menuntaskan ketidaksamaan antara apa yang sudah dikenali dengan apa yang diharapkan dalam pengalaman gres. Setiap siswa memiliki cara yang tepat untuk mengkontruksikan pengetahuannya yang kadang kala sungguh berbeda dengan sahabat-sobat yang lain. Dalam hal ini sungguh penting bahwa siswa dimungkinkan untuk menjajal bermacam-macam cara belajar yang sesuai dan juga penting bahwa guru menciptakan bermacam-macam situasi dan sistem yang membantu siswa. Satu pembelajaran saja tidak akan banyak menolong siswa. b. Peranan Guru Dalam pembelajaran konstruktivistik, guru atau pendidik berperan membantu biar proses pengkonstruksian wawasan oleh siswa berlangsung tanpa gangguan. Pendidik tidak mentransferkan wawasan yang dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih mengerti jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam berguru. Guru tidak mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat yaitu yang serupa dan sesuai dengan kemampuannya. Menurut prinsip pembelajaran konstruktivistik, seorang pengajar atau guru berperan selaku perantara dan fasilitator yang menolong agar proses berguru siswa berlangsung dengan baik yaitu; 1) Menyediakan pengalaman berguru yang memungkinkan siswa bertanggungjawab, memberi pelajaran atau ceramah bukanlah peran utama seorang guru. 2) Menyediakan atau menawarkan aktivitas-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan menolong mereka untuk mengekspresikan gagasannya dan mengkomunikasikan inspirasi ilmiah mereka, menyediakan fasilitas secara produktif menawarkan kesempatan dan pengalaman yang paling mendukung proses mencar ilmu siswa. Guru perlu menyemangati siswa dan menyediakan pengalaman konflik. 3) Memonitor, menganalisa dan menunjukkan apakah ajaran siswa berjalan atau tidak. Guru mempertanyakan apakah pengetahuan siswa mampu diberlakukan untuk menghadapi masalah gres yang berhubungan. Guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa. c. Sarana Belajar Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama dalam kegiatan mencar ilmu ialah aktivitas siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu mirip materi, peralatan, lingkungan dan akomodasi yang lain ditawarkan untuk membantu pembentukan tersebut. Siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat dan pemikirannya sendiri ihwal sesuatu yang dihadapi. Dengan cara demikian siswa akan sudah biasa dan terlatih untuk berfikir kritis, kreatif, dan bisa mempertanggungjawabkan pemikirannya secara rasional. d. Evaluasi Belajar Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa lingkungan mencar ilmu sangat mendukung hadirnya berbagai persepsi dan interpretasi terhadap realitas, konstruksi wawasan serta acara-acara lain yang didasarkan pengalaman. Pandangan konstruktivistik mengemukakan bahwa realitas ada pada fikiran seseorang. Evaluasi berguru pada pandangan konstruktivistik menggunakan goal free evaluation, yakni suatu konstruksi untuk menangani kekurangan evaluasi pada tujuan spesifik. Hasil mencar ilmu konstruktivistik lebih sempurna dinilai dengan tata cara goal free. Evaluasi yang dipakai untuk menganggap hasil mencar ilmu konstruktivistik memerlukan proses pengalaman kognitif bagi tujuan konstruktivistik. Bentuk-bentuk penilaian konstruktivistik mampu diarahkan pada tugas-tugas autentik, mengkontruksi wawasan yang menggambarkan proses berfikir yang lebih tinggi seperti penemuan, juga sintesis dan mengarahkan penilaian pada konteks yang luas dengan berbagai perspektif. 3. Strategi pembelajaran Kontruktivisme Terdapat beberapa strategi pembelajaran konstruktivistik yakni mencar ilmu aktif, berguru mandiri, mencar ilmu kooperatif dan kolaboratif, generative learning, dan model pembelajaran kognitif. Belajar aktif ialah sebuah pendekatan dalam pengelolaan metode pembelajaran melalui cara-cara berguru yang aktif menuju berguru berdikari. Guru berperan untuk menawarkan fasilitas bagi siswa untuk mampu berguru. Peran siswa dan guru dalam konteks mencar ilmu aktif menjadi sangat penting. Guru sebagai fasilitator yang menolong mempermudah siswa belajar sebagai nara sumber yang bisa memanggil pedoman dan daya kreasi siswa sebagai pengurus yang mampu merancang dan melakukan acara mencar ilmu mempunyai arti dan yang dapat mengelola sumber mencar ilmu yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses berguru bareng guru, alasannya siswa dibimbing, diajar, dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu menilik jawaban atas sebuah pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Belajar mandiri ialah perjuangan individu siswa yang otonomi untuk meraih sebuah kompetensi. Belajar mampu berdiri diatas kaki sendiri memberi potensi terhadap siswa untuk menentukan tujuan belajarnya, menyiapkan proses belajarnya, memakai sumber berguru yang dipilihnya, menciptakan keputusan-keputusan akademis dan melakukan kegiatan yang dipilihnya untuk mencapai tujuan belajarnya. Ciri utama dalam belajar mampu berdiri diatas kaki sendiri adalah pengembangan dan kenaikan keahlian dan kemampuan siswa untuk melakukan proses mencar ilmu secara berdikari tidak tergantung pada aspek-faktor guru, kelas, sahabat dan lain-lain. Peran utama guru dalam berguru mandiri yaitu sebagai konsultan dan fasilitator, bukan selaku otoritas dan satu- satunya sumber ilmu. Belajar kooperatif dan kolaboratif bertujuan untuk membangun wawasan dalam diri individu siswa lewat kerja dan diskusi kalangan, sehingga terjadi pertukaran wangsit dari satu anggota kelompok terhadap anggota kelompok lainnya. Karakteristik utama belajar kooperatif kolaboratif yaitu: 1) Siswa mencar ilmu dalam satu kelompok dan memiliki rasa saling ketergantungan dalam proses berguru, penyelesaikan peran golongan mengharuskan semua anggota golongan bekerja bersama 2) Interaksi intensif secara tatap wajah atau dimediasikan antaranggota kalangan 3) Masing-masing siswa bertanggungjawab kepada tugas yang telah disepakati 4) Siswa mesti belajar dan memiliki keahlian komunikasi interpersonal. Guru mesti menyadari bahwa implementasi versi pembelajaran konstruktivistik ini tidak akan optimal bila tidak disokong oleh lingkungan mencar ilmu yang sempurna. 4. Karakteristik Mata Pelajaran Kesekretarisan (Mengelola Rapat) Mata pelajaran ini membahas bagaimana mengurus aktivitas rapat di perusahaan atau di kantor. Pembahasan mencakup; (a) pemahaman rapat,(b) tujuan rapat, (c) jenis-jenis rapat, (d) unsur-unsur rapat, (e) teknik penyelenggaraan rapat, (f) identifikasi keperluan rapat, (g) macam-macam tata-tata ruang rapat. Teori mencar ilmu konstruktivistik diseleksi karena sesuai dengan karakteristik mata pelajaran pengelolaan Rapat yang tidak lepas dan mengacu pada kreativitas, produktivitas, dan kemadirian. Kreatif alasannya dalam mengorganisir rapat selalu inovatif mengikuti hal-hal yang baru (contoh dalam menata ruang rapat atau menyusun jadwal rapat). Mandiri karena mata pelajaran ini terdapat teknik penyusunan rapat, dimana siswa dibutuhkan bisa menyusun dari permulaan rapat dimulai hingga selesai. B. Proses Pembelajaran di Kelas Berdasarkan paparan kajian teori diatas tentang apa itu teori kontruktivisme, berikutnya akan di implementasikan teori ini di kelas mata pelajaran mengurus rapat. Adapun beberapa penerapannya ialah: 1. Mendorong kemandirian dan inisiatif siswa dalam belajar a. Awal pembelajaran dikelas siswa diberikan salinan materi tentang ruang lingkup pengelolaan rapat, meliputi; (1) pengertian rapat,(2) tujuan rapat, (3) jenis-jenis rapat, (4) unsur-komponen rapat, (5) teknik penyelenggaraan rapat, (6) kenali keperluan rapat, (7) macam-macam tata-tata ruang rapat, yang mana sudah disiapkan sebelumnya. b. Kemudian dilanjutkan dengan simulasi video yang ditanyangkan di infocus wacana rapat. Dari video ini guru mendorong siswa untuk berpikir mandiri, bagaimana proses rapat dari awal sampai akhir. c. Dari video yang telah ditampilkan siswa membuat beberapa kesimpulan dan membuatnya pertanyaan kemudian menganalisis serta membuatkan proses belajar mereka sendiri. 2. Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan menunjukkan kesempatan beberapa waku kepada siswa untuk menanggapi a. Setelah siswa tamat menyaksikan videoyang ditampilkan tentang pengelolaan rapat, kemudian guru mengajukan beberapa pertanyaan (contoh: perihal tata ruang rapat yang dipakai, jenis rapat yang sedang berjalan, dll). b. Dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan cara siswa meresponatau menjawab pertanyaannya, maka akan mendorong siswa untuk membangun keberhasilan dalam melakukan penyelidikan bagaimana pengelolaan rapat itu. 3. Mendorong siswa untuk berpikir aktif a. Guru yang menerapkan proses pembelajaran kontruktivisme akan menantang para siswa untuk mampu menjangkau hal-hal yang gres, dimana proses jangkauan tersebut dibantu dengan pengalaman sebelumnya atau wawasan yan sebelumnya telah mereka miliki. b. Dengan proses pembelajaran kontruktivisme juga guru mendorong untuk menghubungkan dan mmerangkum rancangan-desain lewat analisis, prediksi, dan menjaga ide-ide atau pemikirannya. Sebagai pola menganalisis video yang tadi sudah ditampilkan dengan salinan materi yang telah diberikan. 4. Siswa terlibat secara aktif dalam obrolan diskusi dengan guru dan siswa yang lain a. Kemudian guru menjelaskan kembali tanya jawab yang telah berjalan sebelumnya dengan cara menampilkan power point. Agar siswa tidak salah dalam mengimplmentasikannya. b. Setelah final memperlihatkan penjelasan ulang. Guru menawarkan tugas untuk membagi siswa kedalam beberapa kelompok yang bertujuan untuk melaksanakan simulasi rapat dari permulaan hingga tamat. 5. Guru memperlihatkan data mentah, sumber-sumber utama, dan bahan interaktif a. Setelah melakukan pembagian golongan acak, guru memperlihatkan beberapa intruksi atau perintah bagaimana proses rapat tersebut (siswa diberikan soal bagaimana proses rapat berjalan). b. Tujuan dilakukan praktek penyelenggaraan rapat ini disokong teori pembeljaran kontruktivisme dimana siwa dituntut mampu menyebarkan pengetahuan yang baru di dapat dan dihubungkan dengan pengetahuan yang sebelumnya dimiliki oleh siswa. c. Peran guru yakni selaku fasilitator. d. Setelah final melaksanakan praktek peran guru ialah selaku evaluator. C. Kesimpulan Model Pembelajaran Konstruktivisme ialah versi pembelajaran yang berangkat dari wawasan awal siswa-siswi yang ada di dalam memorinya, yang diperoleh dari pengalam dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya. Pengetahuan atau pengalaman baru tidak mampu ditransper atau dicopy dari seorang guru kepada siswa secara utuh, melainkan siswa itu sendiri yang harus aktif membangun pengetahuannya. Penulis mengusulkan untuk menerapkan pembelajaran konstruktif agar menolong siswa dalam memahami rancangan suatu materi pelajaran lewat learning by doing, sehinggadiharapkan pembelajaran lebih berarti dan melekat di benak siswa. Sumber https://bookish15.blogspot.com
pop
Selasa, 07 April 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon