Rabu, 08 Juli 2020

Cara Pembuatan Limbah Cair Di Pabrik

Pabrik-pabrik kelapa sawit di Indonesia kebanyakan menerapkan metode berbasis kolam untuk mengolah limbah cair yang dihasilkannya. Ini ialah metode tata cara tradisional yang bermaksud untuk menekan tingkat BOD sehingga mencapai baku mutu yang telah ditetapkan sebelum limbah cair tersebut dialirkan/dibuang ke sungai. Prinsipnya yakni air limbah yang diterima akan langsung didinginkan memakai bak atau menara pendingin. Rata-rata setiap pabrik kelapa sawit mempunyai 20-30 kolam pengolahan limbah. Awalnya limbah akan mengalir ke kolam anaerobik lalu dilanjutkan menuju ke bak aerobik. Ada pula pabrik yang mengarahkan limbah dari bak anaerobik pribadi ke kolam facultative. Beberapa pabrik juga akan mengolah limbah di dalam bak anaerobik apalagi dahulu sebelum dialirkan ke bak aerobik. Dari sini limbah lalu dibuang ke tubuh sungai. Limbah cair yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit sangat berbahaya sebab tingkat BOD yang dimilikinya tinggi sekali mencapai 20.000-25.000 mg/lt. Seharusnya baku kualitas limbah PKS ini dihentikan mengandung BOD lebih dari 250 mg/lt sesuai dengan Surat Keputusan Menteri KLH No. Kep. 3/MENKLH/II/91 tanggal 1 Februari 1991. Dibutuhkan biaya investasi yang tinggi untuk membangun instalasi pengolahan limbah sesuai baku kualitas tersebut. Limbah cair PKS selama ini memang tidak memiliki nilai tambah. Limbah tersebut dibuang saja ke sungai. Padahal bantu-membantu limbah ini bisa dimanfaatkan sebagai pupuk alasannya memiliki kandungan nutrisi yang tinggi atau bahan bakar alasannya adalah mengandung gas methana. Khusus untuk pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk, pengolahannya cukup hingga ke tingkat kolam primary anaerobic. Selanjutnya limbah mampu pribadi digunakan untuk pupuk kelapa sawit . Pemanfaatan limbah cair menjadi pupuk diketahui dengan sebutan tata cara land application. Di sini diharapkan proses pembuatan air limbah terlebih dahulu untuk menurunkan tingkat BOD di dalamnya dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000-5.000 mg/lt. Dengan kadar BOD di kisaran ini maka air limbah dinilai telah tidak menjadikan pencemaran lagi ke air tanah. Begitu pula dengan kandungan minyak dan zat padat terlarut di dalamnya sudah ditekan sehingga kondusif. Terdapat 4 macam teknik metode land application pada pengolahan limbah cair kelapa sawit antara lain flad bed, furrow, long bed, dan sprinkler. Penggunaan masing-masing sistem ini bisa diubahsuaikan dengan keadaan lapangan, khususnya topografi lahan. Lahan yang kondisinya datar mampu menerapkan metode long bed atau sprinkler. Sedangkan untuk lahan yang berbukit-bukit semestinya mengaplikasikan tata cara flat bed atau furrow. Pabrik kelapa sawit yang memiliki kapasitas 60 ton TBS/jam akan menghasilkan limbah sekitar 1200 m 3 /hari atau 360.000 m 3 /tahun. Dengan menerapkan sistem flad bed maka limbah ini bisa diaplikasikan menjadi pupuk untuk area perkebunan seluas 360 ha. Sedangkan dengan menggunakan tata cara long bed seluas 600 ha dan tata cara furrow seluas 240 ha. Tidak direkomendasikan memakai sistem sprinkler sebab kenyataannya pipa sprinkler sering tersumbat kotoran. Biaya pembangunan sistem land application untuk mengolah limbah kelapa sawit tidak jauh berbeda dengan biaya pembuatan bak-bak pada tata cara tradisional. Tetapi untuk ongkos operasionalnya akan menyantap biaya yang jauh lebih besar. Walaupun begitu, sistem land application masih menunjukkan laba berupa pupuk sehingga biaya untuk pembelian pupuk kelap sawit bisa dihemat semaksimal mungkin tanpa mengorbankan produktivitasnya. Selain faedah berbentukpupuk, penerapan sistem land application juga memiliki faedah lain seperti : Memperbaiki keadaan struktur tanah Memperbaiki tingkat keasaman (pH) tanah Meningkatkan kapasitas pertukaran ton Meningkatkan pertumbuhan akar Meningkatkan kelembaban tanah Meningkatkan kandungan bahan organik Meningkatkan daya resap air ke dalam tanah Sistem land applicaion mempunyai faedah yang begitu besar bagi perkebunan kelapa sawit. Namun pada prakteknya dibutuhkan pengawasan secara ketat agar faedah tersebut terus terjaga. Pengawasannya berupa pembuatan limbah di bak primary anaerobic apalagi dahulu untuk menurunkan tingkat BOD dari 25.000 mg/lt menjadi 3.000-5.000 mg/lt. Volume limbah yang diolah juga harus sesuai dengan saran. Disarankan untuk memindahkan lokasi pengolahan setiap tahun untuk mempertahankan manfaatnya.
Sumber https://klpswt.blogspot.com


EmoticonEmoticon