Penyakit patah pangkal pelepah (frond base fracture) disebut pula selaku penyakit sengkleh. Penyakit ini biasanya didapatkan di area-area tertentu, lalu menyebar ke area sekeliling dengan segera. Tanaman kelapa sawit dikatakan mengidap penyakit patah pangkal pelepah dalam kategori berat bila jumlah pelepah yang sehat hanya tersisa sekitar 16-20 pelepah dan selebihnya sengkleh. Perlu diketahui, rata-rata tumbuhan kelapa sawit mempunyai 48 pelepah/pohon. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyakit sengkleh ini memang tidak memiliki pengaruh secara aktual. Kecuali bila terjadi pembusukan stalk tandan buah pada tumbuhan tersebut. Pada biasanya penyakit patah pangkal pelepah menyerang tanaman cukup umur yang umurnya lebih dari 9 tahun. Gejala awal penyakit ini sukar dimengerti sebab antara tumbuhan yang sehat dan sakit memiliki kadar hara tanah, kadar hara daun, kadar serat lignin, dan kadar selulosa yang hampir sama. Deskripsi Penyakit Patah Pangkal Pelepah Penyakit PPP (Patah Pangkal Pelepah) pada kelapa sawit menyerang tumbuhan yang mempunyai siklus bikinan buah yang tinggi. Gejala awal yang timbul yaitu pangkal pelepah menjadi datar alasannya adalah mesti menahan beban berat sehingga menjadikan pelepah kelapa sawit menjadi patah. Posisi terjadinya patah lazimnya antara 50-70 cm dari batang. Pelepah yang patah tidak jatuh ke tanah, melainkan tergantung di sekitarbatang. Pelepah tersebut masih hidup untuk satu abad yang panjang dan tetap berwarna hijau. Sementara itu, gejala penyakit PPP yang berat biasanya terjadi pada tumbuhan yang berasal dari varietas dumpy. Tingkat patahnya sangat ekstensif sampai menyisakan hanya 10 pelepah saja yang tetap tegak. Sedangkan pelepah yang patah lalu membentuk sarung tebal yang mengelilingi batang. Pelepah yang gres patah tidak menunjukkan gejala pembusukan di bab dalamnya. Akibatnya hanya sedikit tandan buah yang mampu diproduksi di ketiak pelepah tersebut. Patah mengakibatkan timbulnya kerutan dan kerak kecil di bagian bawah tempat patahnya pelepah tersebut. Selanjutnya area patahan ini menjadi saluran bagi mikroorganisme ke dalam flora. Dari sinilah serangan mikroorganisme terjadi sehingga menjadikan jaringan dalam rakhis menjadi rusak, amis, agak basah, dan berwarna cokelat kehitaman. Kerusakan yang berat bahkan menimbulkan sekitar 50-75 persen bunga betina gagal menghasilkan tandan buah yang masak. Namun sayangnya hingga kini belum dimengerti alasan ilmiah yang sempurna yang menjadikan terjadinya penyakit patah pangkal pelepah pada flora kelapa sawit . Faktor genetika juga tidak mensugesti timbulnya penyakit ini. Dugaan yang paling kuat yakni penyakit patah pangkal pelepah disebabkan oleh siklus pembuahan yang intensif. Selain itu, kurangnya jumlah air yang diterima oleh tumbuhan pada demam isu kemarau juga diduga menjadi salah satu aspek pemicunya. Teori Terjadinya Patah Pangkal Pelepah Tanaman kelapa sawit yang memiliki tingkat produktivitas buah yang tinggi sedang mengalami kekeringan. Kondisi ini mengakibatkan tekanan turgor sel menurun sehingga acara pembelahan dan pembesaran sel pun terhambat, tergolong perkembangan jaringan. Kemudian untuk meminimalkan kehilangan air yang lebih banyak, flora tersebut akan menghemat luas daun dengan cara mempercepat pengguguran daun. Upaya ini lalu menghasilkan respons berupa patahnya pangkal pelepah. Beberapa solusi untuk mengatur penyakit ini, antara lain : Hindari penunasan pelepah patah yang kondisinya masih segar. Lakukan irigasi secara maksimal dikala lahan mengalami kekeringan. Lakukan pemupukan setelah terjadi kekeringan sesegera mungkin. Alirkan limbah cair ke kebun sebagai upaya persiapan. Sumber https://klpswt.blogspot.com
pop
Jumat, 10 Juli 2020
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
EmoticonEmoticon